Artikel Ilmiah


MENGUNGKAP NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL UPACARA SEKATEN DALAM PELESTARIAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT DI SURAKARTA

UNCOVERING THE LOCAL WISDOM VALUES SEKATEN CEREMONY
IN PRESERVATION CULTURAL COMMUNITY IN SURAKARTA

Dini Rosyada Mahmud

Jurusan KSDP FIP UM, Jl. Semarang 5 Malang 65145
#OALS2019 #OALSUM

ABSTRAK
Indonesia merupakan negara kepulauan yang beragam kebudayaan mulai dari Sabang sampai Merauke. Salah satu yang terkenal sebagai kota budaya yaitu Surakarta dengan sebutan akrabnya Solo terletak di provinsi Jawa Tengah. Surakarta melestarikan kearifan lokal yang diselenggarakan setiap tahun yaitu upacara sekaten, kegiatan ini untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Penulisan karya ilmiah ini untuk mendeskripsikan nilai-nilai kearifan lokal tradisi upacara sekaten. Adapun nilai-nilai kearifan lokal dalam upacara sekaten meliputi nilai religi, nilai sejarah, nilai budaya, dan nilai sosial. Sehingga hal ini menarik untuk dikaji di dalam artikel ilmiah ini.
Kata Kunci: kearifan lokal, kelestarian, budaya Indonesia
Di dalam kehidupan ini, manusia dan kebudayaan tidak dapat terpisahkan.
Kebudayaan merupakan hasil karya manusia dari sebuah renungan, kerja keras, dan kearifan masyarakat yang dapat mengembangkan sikap mereka terhadap kehidupan dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui proses komunikasi dan belajar agar generasi yang diwariskan memiliki karakter yang tangguh dan cinta terhadap kebudayaannya. Oleh sebab itu, generasi berikutnya harus melestarikan dan menjaga kebudayaan Indonesia di zaman modern ini.
Namun seiring perkembangan zaman yang modern saat ini, eksistensi kebudayaan yang masih tetap dilestarikan yaitu upacara sekaten. Perayaan upacara sekaten adalah rangkaian kegiatan tahunan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW selama tujuh hari yang diadakan oleh keraton Surakarta bersama pemerintah dan masyarakat Surakarta.  Upacara sekaten merupakan akulturasi dalam penyebaran islam dengan budaya lokal, sehingga ajaran Islam mudah diterima dan tidak menghilangkan kebudayaan masyarakat Surakarta. Didalam upacara sekaten menggunakan sarana pendukung penyebaran Islam yaitu gamelan sekaten, perangkat gamelan ini dibunyikan selama satu minggu di depan Masjid Agung Surakarta.
Upacara sekaten ini memiliki nilai-nilai yang berkaitan dengan karakter bangsa Indonesia yakni nilai religi, nilai sejarah, nilai budaya, dan nilai sosial. Hal ini yang membuat upacara sekaten dijaga kearifannya seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern di Surakarta.
TUJUAN
            Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan terhadap pembaca tentang nilai-nilai kearifan lokal dalam tradisi upacara sekaten yang masih dilestarikan oleh Keraton Surakarta. Upacara sekaten memiliki fungsi dalam kehidupan masyarakat di Surakarta yang selalu diikuti setiap tahunnya. Upacara sekaten merupakan kearifan lokal masyarakat Surakarta yang memiliki nilai-nilai sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.
PEMBAHASAN
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki beragam kebudayaan dari Sabang sampai Merauke. Salah satu kebudayaan yang menjadi kearifan lokal masyarakat, upacara sekaten adalah upacara yang digunakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang diselenggarakan oleh keraton Surakarta. Upacara sekaten diselenggarakan setiap tahun sekali pada tanggal 5-11 Rabi’ul Awal dan ditutup dengan upacara Gerebeg Mulud pada tanggal 12 Rabi’ul Awal.
            Upacara sekaten mempunya hal yang menarik yaitu terdapat benda-benda upacara yang mempunyai nilai kultural, gunungan yang berisi makanan dan buah-buahan, serta iringan masyarakat yang mengikuti upacara ini. Banyak simbolisme dalam upacara sekaten yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Surakata, diantaranya meliputi nilai religi, nilai sejarah, nilai budaya, dan nilai sosial yang dapat menjaga keseimbangan dan keselarasan kehidupan masyarakat dari berbagai lapisan sosial.
1.             Nilai religi
Upacara sekaten merupakan upacara ritual yang bersifat sakral, didalamnya terdapat aturan di selenggarakan, antara lain: waktu kegiatan, tempat kegiatan, dan ube rampe yaitu sesaji. Tujuan diselenggarakannya upacara sekaten untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam upacara sekaten terdapat rangkaian acara yang penting seperti dimainkannya gamelan pusaka di halaman Masjid Agung keraton Surakarta, pembacaan riwayat hidup Nabi Muhammad SAW, pengajian di serambi Masjid Agung, dan puncak acaranya Gerebeg mulud sebagai bentuk syukur pihak istana dengan keluarga sejumlah gunungan untuk diperebutkan oleh masyarakat.
Nilai religi yang tercermin dalam upacara sekaten yaitu rasa cinta terhadap Nabi Muhammad SAW, bersyukur kepada ALLAH SWT atas nikmatNya, berdakwah dengan memadukan kearifan lokal, meneladani akhlak dan budi Nabi Muhammad SAW yang luhur, dan mengadakan kegiatan islam bersama masyarakat.
2.             Nilai sejarah
Upacara sekaten merupakan tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang kitaa, yang diselenggarakan oleh raja-raja Hindu-Budha dengan menggunakan selamatan atau sesaji untuk arwah para  leluhur. Namun seiring perkembangan zaman, upacara sekaten digunakan untuk menyebarkan agama Islam melalui kesenian seperti gamelan oleh Wali Songo, salah satunya Sunan Kalijaga membuat kesenian gamelan yang diberi nama Kyai Sekati. Gamelan sekati dipukul bertalu-talu di halaman Masjid Demak untuk memeriahkan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Nilai sejarah upacara sekaten tidak terlepas dari peran Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam sehingga menjadi sarana dakwah melalui akulturasi budaya di Surakarta.
3.             Nilai budaya
Upacara sekaten mengandung nilai-nilai budaya, karena terdapat percampuran antara kebudayaan Jawa, Hindu-Budha, dan Islam. Kebudayaan memiliki makna yang tersirat pada simbol atau lambang, di Hindu-Budha yang peribadatannya erat dengan ritual dan sesaji, lalu Wali Songo yag menyebarkan agama Islam melalui akulturasi budaya Hindu-Budha di Jawa, semuanya terangkai dalam upacara sekaten. Saat acara gerebeg mulud terdapat gunungan yang berisi makanan dan buah-buahan yang mempunyai arti kemakmuran, warna merah pada sirih yang digunakan dalam upacara sekaten mempunyai arti menyadarkan manusia akan dirinya diciptakan, nginang yang digunakan juga mempunyai arti dapat membuat awet muda, selain itu telur berwarna merah mempunyai arti lambang kehidupan.
4.                  Nilai sosial
Perayaan upacara sekaten dalam masyarakat Surakarta memiliki ikatan sosial dari waktu ke waktu sehingga mempererat hubungan antar masyarakat. Saat upacara sekaten biasanya dihadiri oleh banyak masyarakat yang mempunyai tujuan seperti ngalap berkah dari upacara sekaten, para pedagang, wisatawan dan lain-lain. Upacara sekaten ini juga berguna untuk melestarikan dan mewariskan budaya kearifan lokalnya kepada generasi ke generasi agar tetap terjaga. Nilai sosial dalam upacara sekaten seperti gotong royong dimana masyarakat ikut membantu berpartisipasi dalam berlangsungnya upacara sekaten, mempererat kerukunan yang dari seleruh lapisan masyarakat hadir dan membaur dalam upacara sekaten, serta masyarakat berpartisipasi dalam upaya melestarikan kearifan lokal dalam upacara sekaten di Surakarta.
Keempat nilai-nilai yaitu religi, sejarah, budaya dan sosial dalam upacara sekaten merupakan karakter yang dimiliki oleh masyarakat Surakarta, nilai-nilai tersebut harus dijaga dan dilestarikan yang merupakan kekayaan Bangsa Indonesia. Selain itu, upacara sekaten merupakan sarana media pengenalan kearifan lokal di Surakarta yang akan diwariskan kepada generasi muda dengan cara ikut berpartisipasi dalam acara tersebut.
SIMPULAN
Upacara sekaten merupakan salah satu dari keanekaragaman budaya di Indonesia yang masih terus dilestarikan hingga saat ini. Upacara sekaten diselenggarakan oleh keraton Surakarta setiap setahun sekali pada tanggal 5-12 Rabi’ul Awal, untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam upacara sekaten banyak serangkaian acara yang diadakan seperti dimainkannya gamelan pusaka di halaman Masjid Agung keraton Surakarta, pembacaan riwayat hidup Nabi Muhammad SAW, pengajian di serambi Masjid Agung, dan puncak acaranya Gerebeg mulud sebagai bentuk syukur pihak istana dengan keluarga sejumlah gunungan untuk diperebutkan oleh masyarakat. Upacara sekaten mempunyai nilai-nilai kearifan lokal diantaranya nilai religi yaitu upacara sekaten ini merupakan wujud rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW, nilai sejarah dalam upacara sekaten tidak terlepas dari peran Wali Songo dalam menyebarkan agama Islam sehingga menjadi sarana dakwah melalui akulturasi budaya di Surakarta, nilai budaya yang dimiliki dalam upacara sekaten saat acara gerebeg mulud terdapat gunungan yang berisi makanan dan buah-buahan yang mempunyai makna kemakmuran, dan nilai sosial masyarakat berpartisipasi dalam upaya melestarikan kearifan lokal dalam upacara sekaten di Surakarta.

DAFTAR RUJUKAN
Adib, A & Gustami. 2003. Makna dan Fungsi Simbolik Gunungan Gerebeg Maulud Kraton Surakarta. i-lib.ugm.ac.id diakses pada tanggal 2 April 2019 pukul 09.00 WIB.
Ardianto, ES. 2008. Sekaten Merupakan Upacara Adat Yang Bernuansa Religius. jurnal.fkip.uns.ac.id diakses pada tanggal 25 Maret 2019 pukul 15.45 WIB.
Daryanto, J. 2016. Gamelan Sekaten dan Penyebaran Islam di Jawa. isi-ska.ac.id diakses pada tanggal 23 Maret 2019 pukul 19.30 WIB.
Marimin, M. 2016. Cultural Heritage As A Tourist Destination: A Focus On Surakarta Kasunanan Palace in Indonesia. journals.aserspublishing.eu diakses pada tanggal 3 April 2019 pukul 21.43 WIB.
Purwadi, P. 2014. Harmony Masjid Agung Kraton Surakarta Hadiningrat. ejournal.iainpurwokerto.ac.id diakses pada tanggal 25 Maret 2019 pukul 15.30 WIB.
Purwardhani, P. 2018. The Local Cultural Wisdom of Surakarta City in the Globalization Era. atlantis-press.com diakses pada tanggal 2 April 2019 pukul 08.44 WIB.
Qoyim, I. 2017. Akulturasi Islam Dengan Budaya Jawa Pada Tradisi Sekaten Di Keraton Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. uinjkt.ac.id diakses pada tanggal 3 April 2019 pukul 21.05 WIB.
Sukotjo, & Saptono & Laksono. 2015. Ritual Adat Sekaten Di Kraton Surakarta Sebagai Upaya Peningkatan Apresiasi Dan Budaya Masyarakat Di Solo. digilib.isi.ac.id diakses pada tanggal 2 April 2019 pukul 08.20 WIB.
Utami, HE. 2011. Kidung Sekaten Antara Religi dan Ritus Sosial Budaya. journal.unnes.ac.id diakses pada tanggal 23 Maret 2019 pukul 19.56 WIB.
Zainudin. 2014. Tradisi Sekaten. http://muslimlokal.blogspot.com/2014/01/tradisi-sekaten.html diakses pada tanggal 23 Maret 2019 pukul 20.30 WIB.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebun Dini

Puisi

Diary Dini (DiDi)