ILMU PENGETAHUAN
Yuk Kenalan Dengan 5 Sastrawan Indonesia!
Oleh Dini Rosyada Mahmud
Hallo pembaca! Di Indonesia banyak sekali penyair-penyair yang terkenal menghasilkan sebuah karya sastra yang melegenda dan karyanya selalu melekat di ingatan para penikmat seni dan sastra.
Yuk kenalan dengan 5 Sastrawan Indonesia berikut ini.
1. Ahmad Tohari
Ahmad tohari merupakan salah satu sastrawan yang terkenal
Indonesia sebagai pengarang Trilogi Novel Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang
Kemukus Dinihari (1985), dan Jantera Bianglala (1985). Karya-karya dari Ahmad
Tohari telah banyak mendapat penghargaan , seperti cerpennya berjudul “Jasa-jasa Buat Sanwirya” memenangkan hadiah harapan Sayembara Cerpen Kincir Emas Radio
Nederland Wereldomroep (1977).
Novel Di Kaki Bungkit Cibalak mendapatkan hadiah
Sayembara Penulisan Roman oleh Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1979. Novelnya
yang berjudul “Kubah” diterbitkan oleh Pustaka Jaya mendapatkan hadiah dari
Yayasan Buku Utama sebagai bacaan buku terbaik di bidang fiksi tahun 1980. Tips dari Ahmad Tohari menjadi penulis yang ampuh selain dari bakat, harus rajin berlatih
menulis dan banyak membaca. Karya-karya Ahmad Tohari ada yang diterjemahkan ke
dalam bahasa asing, seperti Ronggeng Dukuh Paruk dan Kubah diterbitkan dalam
bahasa Jepang. Selain itu, Trilogi Novelnya telah diterjemahkan juga ke dalam
bahasa Belanda dan Jerman.
2. NH Dini
NH Dini mempunyai nama lengkap Nurhayati Sri Hardini
lahir tanggal 29 februari 1936. Karirnya sebagai sastrawan diawali dengan
menulis puisi dalam buku harian. Selanjutnya, dia aktif menulis drama yang
disajikan di RRI Semarang. Dia mendapat juara pertama dalam lomba drama di RRI
Semarang. Selain itu, dia menulis cerita-cerita pendek yang berhasil dimuat di
berbagai majalah seperti majalah Kisah dan Mimbar Indonesia judulnya “Kelahiran”
(1956), “Persinggahan” (1957), dan “Hati Yang Damai” (1960). Sebagai sastrawan,
NH Dini menulis berbagai genre karya sastra, yaitu puisi, drama, cerita pendek,
dan novel. Bakatnya di bidang kepenulisan terbina sejak kecil, karena dorongan
ayahnya yang selalu menyediakan buku bacaan
bagi putri bungsunya ini. Tahun 1952 puisi NH Dini dimuat di majalah
Budaja dan Gajah Mada di Yogyakarta dan dibacakan saat acara “Kuntjup Mekar” di
Radio Jakarta. NH Dini adalah pengarang sastra modern yang terkemuka,
karya-karyanya hampir tidak terpengaruh penulisan novel Barat modern, tetapi
berpegang pada pribadinya.
3.
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer merupakan sastrawan terkenal
sebagai pengarang novel antara lain Keloerga Gelirja dan Perboeroean. Beliau sempat
diasingkan selama 10 tahun di Pulau Buru, selepas pengasingan Pramoedya
menghasilkan beberapa buku diantaranya Bumi Manusia (1980), Anak Semua Bangsa
(1980), Jejak Langkah (1985), Rumah Kaca (1988), Nyanyian Sunyi Seorang Bisu I
(1995) II (1996), Arus balik (1995), Arok Dedes (1999), dan Larasati (2000). Pramoedya
Ananta Toer memperoleh 16 penghargaan, antara lain penghargaan Balai Pustaka
(1951). Selain itu, Yayasan Magsaysay dari Filipina memberikan penghargaan
kepada Pramoedya dengan alasan bahwa Pram dinilai berhasil melakukan pencerahan
dengan cerita yang bernas tentang sejarah kebangkitan dan kehidupan modern
mayarakat Indonesia. Beliau mendapat penghargaan dari PEN Internasional (1998), dan kota Fukuoka-Yokatopia
Foundation (2000).
4.
Sapardi Djoko Damono
Sapardi Djoko Damono terkenal sebagai penyair. Di samping
itu, Sapardi juga terkenal sebagai dosen, pengamat sastra, kritikus sastra, dan
pakar sastra. Dalam usaha mendukung pengembangan kariernya sebagai sastrawan,
Sapardi sering menghadiri berbagai pertemuan Internasional. Peranan Sapardi
Djoko Damono dalam kehidupan Sastra Indonesia sangat penting. A. Teeuw dalam
bukunya Sastra Indonesia Modern II (1989: 141-142) menyatakan bahwa Sapardi
adalah seorang cendekiawan muda yang mulai menulis sekitar tahun 1960. Ada perkembangan
yang jelas terlihat dalam puisi Sapardi, terutama dalam susunan formal
puisi-puisinya.
Sebagai pakar sastra, Sapardi Djoko Damono menulis
beberapa buku yang sangat penting, yaitu (1) Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar
Ringkas (1978), (2) Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang (1979), (3)
Kesustrataan Sastra Modern: Beberapa Catatan (1999), dan lainnya. Sapardi mengumpulkan
sajaknya dalam buku yang berjudul Duka-Mu Abadi (1969), Mata Pisau (1974),
Akuarium (1974), Perahu Kertas (1983), Sihir Hujan (1984), Hujan Bulan Juni
(1994), Arloji (1998), Ayat-ayat Api (2000), Mata Jendela (2000), Ada Berita
Apa Hari Ini dan Den Sastro (2003). Selain itu, beberapa penghargaan atas prestasinya dalam menulis puisi. Pada tahun
1978 beliau menerima penghargaan Cultural Award dari pemerintah Australia. Tahun
1984 beliau mendapat hadiah dari Dewan Kesenian Jakarta atas bukunya Perahu
Kertas. Tahun 1986 beliau menerima hadiah SEA Write Award dari Thailand. Serta mendapat
anugerah seni dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1990 dan lainnya.
5.
Taufiq Ismail
Taufiq Ismail seorang penyair yang dikenal luas sebagai
tokoh sastrawan angkatan ’66 ini lahir
di Bukittinggi 25 Juni 1935. Karirnya sebagai penyair berawal saat Taufiq
Ismail menulis puisi-puisi demontrasi yang terkumpul dalam Tirani dan Benteng
1966. Tahun 1970 terbit kumpulan Puisi-Puisi Sepi yang disusun kemudian tahun
1972 dengan buku Tamu Musium Perjuangan. Kumpulan puisi anak dengan judul
Kenalkan Saya Hewan terbit tahun 1993. Karya Taufiq Ismail yang lain berupa
kumpulan tulisan artikel dan esai sastra yang dikerjakan bersama DS Moeljanto
di bawah judul Prahara Budaya (Mizan, 1995) dan lainnya. Taufiq Ismail beberapa
kali memenuhi undangan Festival Sastra dari 24 kota Asia, Amerika, Australia,
Eropa, dan Afrika sejak tahun 1970. Kegiatan tersebut menjadikan puisi-puisinya
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan Cina. Taufiq
Ismail menjadi konsultan di Balai Pustaka yang di embannya beberapa tahun yang
lalu sambil memimpin majalah Horison hingga sekarang.
DAFTAR RUJUKAN
Sugono, Dendy. 2003. Ensiklopedia Sastra Indonesia
Modern. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Komentar
Posting Komentar