Sisi lain dari sudut pandang

 Lentera Kunang-Kunang: Training Of Water Ball untuk Meningkatkan Oral Anak Tunarungu

Oleh Dini Rosyada Mahmud


Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memerlukan penanganan khusus karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami oleh anak. Menurut (Desiningum, 2016) Kelainan fisik adalah kelainan yang terjadi pada satu atau lebih organ tubuh tertentu, sehingga timbul suatu keadaan pada fungsi fisik tubuhnya tidak dapat menjalankan tugasnya secara normal seperti tunarungu, tunanetra dan tunawicara. Ada beberapa jenis anak berkebutuhan khusus, dalam PKM ini kami memfokuskan untuk anak-anak tunarungu. Menurut Moores (dalam Hallahan dan Kauffman, 2006) Definisi dari ketunarunguan adalah kondisi individu tidak mampu mendengar dan hal ini tampak dalam wicara atau bunyian-bunyian lain, baik dalam derajat frekuensi dan intensitas. Sedangkan menurut (Mangunsong, 2014), yang dimaksud dengan anak tunarungu adalah mereka yang pendengarannya tidak berfungsi sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan khusus. Bagi anak yang kurang pendengarannya atau tipe gangguan pendengaran yang lebih ringan, dapat diatasi dengan alat bantu dengar. 

Informasi dari Kominfo.go.id tahun 2017, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2017, jumlah Anak Berkebutuhan Khusus atau ABK di Indonesia mencapai angka 1,6 juta anak. Adapun di provinsi Jawa Timur, menurut data terakhir Dinas Sosial tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah ABK di Jawa Timur sebesar 42.286 jiwa yang tersebar di 38 Kabupaten dan Kota. Sedangkan berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Timur, pada tahunn 2012 jumlah ABK di provinsi Jawa Timur mencapai 889.673 orang. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Kabupaten Kediri merupakan salah satu kabupaten  di Jawa Timur, yang memiliki lebih dari 20 Sekolah Luar Biasa (SLB). Pembelajaran di SLB kebanyakan mengajarkan bahasa isyarat, kurang dalam melatih pernapasan dan oral anak-anak tunarungu. Selain itu. Berdasarkan dari hasil wawancara terhadap salah satu pendidik di SLB PGRI Badas, menyatakan bahwa masih banyak wali murid yang belum mengetahui kalau anak yang mengalami tunarungu mampu berbicara meskipun tidak selancar anak normal lainnya. Mereka sering kali menganggap bahwa anak tunarungu tidak mampu mengucapkan sepatah atau dua patah kata. Sebenarnya anak tunarungu memiliki kemampuan berbicara seperti anak yang lainnya, anak tunarungupun juga memiliki pita suara yang normal. Oleh karena itu, sejak lahir mereka tidak dapat mendengarkan suara, akhirnya kemampuan berbicaranya kurang difungsikan.

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahui bahwa wali murid masih banyak yang belum memahami anak tunarungu dan kemampuan oral pada anak tersebut. Selain itu, kurang difungsikannya kemampuan bicara pada anak tunarungu juga menjadi permasalahan. Maka dari itu perlu adanya solusi untuk mengubah cara pandang wali murid dan masyarakat terhadap anak tunarungu, khususnya mengenai pentingnya pengembangan kemampuan oral pada anak tunarungu. Sehingga diciptakanlah suatu program Lentera Kunang-kunang yakni sebuah program pemberdayaan masyarakat yang diperuntukan bagi wali murid, guru dan maupun siswa tunarungu tersebut yaitu pelatihan untuk anak tunarungu yang berguna melatih pernapasan dan mengembangkan kemampuan oralnya melalui “Training of Water Ball” yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dan mengubah sudut pandang baru bahwa anak mereka memiliki bakat yang luar biasa. Adapun praktek kegiatan “Training of Waterball” dapat dilaksanakan di rumah masing-masing dengan didampingi wali murid dari anak tersebut. Mengusung Lentera Kunang-kunang sebagai brand-merek, melalui program pemberdayaan ini dapat menjadi solusi untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi wali murid dan guru bahwa anak tunarungu memiliki kemampuan oral yang dapat digunakan.

        PKM kami berjudul "Lentera Kunang-Kunang: Training Of Water Ball untuk Meningkatkan Oral Anak Tunarungu" berhasil lolos didanai Kemendikbud pada tahun 2020, kami melakukan penelitian dan pengabdian di SLB PGRI Badas bekerjasama dengan guru, siswa tunarungu, dan wali murid. Adapun kegiatan yang kami buat dari hasil PKM yaitu sosialisasi, pelatihan berkala, video simulasi Training Of Water Ball dan buku panduan Training Of Water Ball. Salah satunya, kami membuat buku panduan  Training Of Water Ball kepada orang tua wali murid dan guru agar lebih memahami dan dapat dijadikan panduan dalam pelaksanaan Training of Water Ball, pada buku tersebut berisikan pengertian Training of water ball, tujuan dan manfaatnya serta langkah-langkah pelaksanaan dari training tersebut. Silahkan buku panduan bisa di download dibawah ini.


Download Buku Panduan Training of Water Ball

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebun Dini

Puisi

Diary Dini (DiDi)