Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019

Sastra Dini (TraDi)

Gambar
“Gadis di awal Desember” Dini Rosyada Mahmud Sebelas bulan Berlalu lalang di depan gadis Seakan terasa cepat setiap detiknya Menjemput kembali sang bulan Awal Desember kini datang Di awal Desember Masih pada detik musim hujan Seperti November kelahiran gadis Air hujan yang deras turun ke bumi Bak mimpi-mimpi si gadis Sebelas bulan Gadis telah melewati Kadang lurus kadang terjal Bahkan batu kerap melukainya Namun gadis terus berjalan Di awal Desember Di bulan akhir ini Gadis menengok kembali Pada detik yang berlalu Bahwa perjalanan itu pelajaran

Essay Dini (EDi)

Gambar
"Cinta Lingkungan Dan Kreativitas Melalui Hasta Karya" Dini Rosyada Mahmud Sampah menjadi masalah lingkungan yang semakin serius, seiring bertambahnya waktu sampah bertambah banyak. Bahkan tak jarang, di sudut kota kita bisa melihat sampah yang berceceran. Sampah merupakan benda yang telah terpakai atau tidak berharga lagi yang ada di sekitar lingkungan masyarakat. Kurangnya rasa cinta terhadap lingkungan, keterampilan dan kesadaran masyarakat dalam mengolah sampah ini, yang sering menjadikan masyarakat mudah membuang sampah di sembarang tempat misalnya sungai atau selokan. Akibatnya, saat hujan akan terjadi banjir karena sungai atau selokan yang tersumbat oleh tumpukan sampah. Jika terus dibiarkan, akan menjadi “Senjata makan tuan” karena ulah masyarakat sendiri. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi masalah sampah?, mendengar pertanyaan itu seolah sampah tidak berguna lagi, namun siapa bilang?, kita bisa mengolah sampah menjadi karya melalui kegiatan

Essay Dini (EDi)

Gambar
"Mari Bersahabat Dengan Cagar Budaya Indonesia" Dini Rosyada Mahmud Indonesia merupakan negara kesatuan, tumbuh dengan keanekaragaman yang dimiliki mulai dari Sabang sampai Merauke disatukan dalam semboyan “Brineka Tunggal Ika” yaitu berbeda-beda namun tetap satu jua.  Ada berbagai keanekaragaman mulai dari suku, budaya, ras, agama, dan bahasa yang berkembang di Indonesia, hal tersebut menjadi suatu kekayaan bagi bangsa Indonesia. Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia tidak dapat di pungkiri keberadaanya berbanding lurus dengan  jumlah penduduk 269 juta jiwa menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2019. Kehidupan yang penuh keberagaman ini harus terjalin suasana yang harmonis di lingkungan masyarakat dengan cara toleransi atau menghargai pebedaan. Selain  itu, Indonesia memiliki pemuda sebagai penerus bangsa, dengan melakukan perubahan positif untuk kemajuan bangsanya. Pemuda dapat berkontribusi dalam bidang kesenian, pengabdian masyarakat, olahraga, penel

Diary Dini (DiDi)

Gambar
“Cak Hari Pendek Pendobrak Semangat Literasi” Oleh Dini Rosyada Mahmud Dokpri Pagi tanggal 16 November 2019 ini cuacanya cerah sekali dan langit berwarna biru, di bawah rindangnya pepohonan hijau nan besar di taman Slamet ada yang menarik perhatian pengunjung termasuk aku yang berada disana. Sebuah gerobak kayu cokelat yang memuat banyak buku, disampingnya digelar tikar untuk menaruh sebagian buku-buku, serta tempat duduk lesehan untuk membaca juga. Di bagian depan gerobak buku terdapat tulisan “Sabtu Membaca”. Di Taman Slamet setiap hari sabtu terdapat Sabtu Membaca yaitu sebuah komunitas literasi dimana kita bisa membaca gratis dengan beragam buku-buku yang disediakan. Lantas siapa sosok di balik Sabtu Membaca?. Beliau terkenal dengan sebutan Cak Hari Pendek, sosoknya ramah, humble , baik, dan senang berbagi cerita kepada setiap pengunjung yang datang. Kegiatan yang di lakukan di Sabtu Membaca ini antara lain mewarnai, membaca buku, melapak buku, dan sharing atau

Artikel Dini (TiDi)

Gambar
“Ketimbang Ngemis Malang Penggiat Sosok Mulia” Oleh Dini Rosyada Mahmud Dokpri Gerakan Mahasiswa Peduli Pendidikan (GEMAPEDIA) UM mengadakan kunjungan untuk bertemu komunitas Ketimbang Ngemis Malang (KNM) pada Sabtu pagi tanggal 16 November 2019 di Taman Slamet tepatnya jalan Gading Kasri, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Ngobrol santai di bawah rindangnya pepohonan beralaskan tikar, kami melebur dalam cerita. Komunitas Ketimbang Ngemis Malang bergerak di bidang sosial dengan tujuan mengapresiasi sosok mulia yang masih mau bekerja tanpa meminta-minta walaupun dengan keterbatasan yang di milikinya baik segi fisik maupun finansial, latar belakang berdirinya pada tanggal 12 Juni 2015 oleh Rizky Pratama seorang mahasiswa Jogjakarta, ceritanya ketika dia akan sholat Jum’at melihat ada nenek jualan perabotan rumah tangga, dia berfikir akan membeli setelah sholat Jum’at, namun ternyata nenek tersebut sudah tidak ada. Dari perasaan menyesal akhirnya mendirikan komunitas Ketimb

Sastra Dini (TraDi)

Candu Tawa Mereka Dini Rosyada Mahmud Kenangan yang ku tabung Kala melihat mereka berjalan Dengan sepatu mungilnya Menuju sekolah awan ini Meski dingin pagi menggigit Menerpa tubuh dan wajahnya Rasa semangat mencari ilmu Tak berkurang sedikit pun Tawa mereka mampu memecah  Kebekuan yang hadir di pagi hari ini Tawa mereka mampu membangkitkan Asa-asa yang menguncup menjadi mekar Tawa mereka menjadi bibit-bibit candu Menjelma menjadi rangkaian rindu Rindu tuk berbagi ilmu dan kebahagiaan Di sekolah awan yang penuh kenangan ini

Sastra Dini (TraDi)

Gambar
Arloji Si Gendis Karya Dini Rosyada Mahmud Tik tik tik detik arloji Jarum arloji terus berjalan Tidak dapat di bendung Dan tidak dapat di hentikan Gendis terus menapaki Jalan-jalan yang dilaluinya Kadang lurus kadang berkelok Sesekali luka karena perjalanan Gendis menengok ke belakang Semakin lama arloji berdetik Menjadi semakin membias Bayangan masa kecil Rambut dikepang dua Bersepeda dengan roda tiga Jatuh saat bermain lari-larian Arloji si gendis menyimpan semua itu

Sastra Dini (TraDi)

Gambar
Hujan Di Awal November Karya Dini Rosyada Mahmud Telah lama awan menampung kerinduan Kerinduan tuk bercengkrama dengan tanah Di sore yang tenang dan teduh itu Langit berubah menjadi warna kelabu "Ada apa awan?" Tanya tanah Awan hanya terdiam dan terpaku Hujan di awal November ini Awan mengirim rintik hujan Pada tanah yang ia rindukan Dengan nada-nada rintiknya  Menjadi melodi begitu indah Menenangkan bagi yang mendengar Di sampaikan perasaan awan Pada tanah yang menjadi basah Terbayar sudah kerinduan itu Tumbuhan ikut bersuka ria Rintik hujan turun sore ini Membawa kebahagiaan